Minggu, 01 Maret 2015

Sejarah singkat PANTI KARENA KASIH

Panti Asuhan KARENA KASIH didirikan pada tanggal 14 Februari 1993. Namanya KARENA KASIH itu betul-betul didirikan karena kasih. Ide mendirikan Panti Asuhan yatim-piatu ini diawali oleh Dr.Suhento Liauw, ketua pendiri, setelah menghadiri sebuah acara presentasi tentang panti asuhan dari Taiwan. Sementara itu secara beruntun juga terdorong oleh berbagai faktor serta setelah berkesempatan untuk melihat keadaan panti-asuhan lain di Jakarta.
Akhirnya, setelah membagi dorongan hati nurani untuk menolong anak-anak yatim piatu itu kepada orang-orang yang dijumpai, ternyata mereka setuju. Segera setelah berhasil mengumpulkan Rp.30 juta, maka segera membayar panjar sebuah rumah yang harganya Rp.50 juta, yang terletak di Jl. Telaga Murni III No.29, Sunter Kangkung, Jakarta Utara.
Anak-anak pertama yang ditampung ialah empat bersaudara yang berstatus yatim sebab ayah mereka meninggal karena penyakit kanker. Semua kemampuan telah habis untuk pengobatan sang ayah, sehingga sepeninggal sang ayah, ibu mereka hanya hidup dari menjahit. Keadaan mereka sangat memprihatinkan. Mereka akhirnya menjadi anak Panti KARENA KASIH yang pertama. Dan beberapa minggu kemudian masuk lagi dua anak sehingga menjadi enam anak.
Yayasan yang didirikan untuk mengelola Panti KARENA KASIH ini ialah Yayasan PEKA yang terdiri dari 27 anggota. Lima bulan setelah Yayasan PEKA berdiri, Dr.Suhento Liauw harus melanjutkan study ke Amerika. Panti KARENA KASIH akhirnya diurus oleh para pengurus yang ada di Jakarta. Karena masing-masing sibuk dengan pekerjaannya maka kehidupan anak-anak KARENA KASIH agak susah. Namun sebagian pengurus telah berkorban sedemikian rupa sehingga rumah yang ditempati bisa dilunaskan, dan kehidupan mereka semua bisa dipertahankan.
Akhirnya tahun 1995, Dr. Suhento Liauw menyelesaikan studynya dan pulang ke Indonesia. Karena beliau adalah seorang Gembala (pendeta), tentu banyak mengenal dan bertemu orang, maka promosi tentang Panti KARENA KASIH berjalan semakin baik. Sejak saat itu pengurus yayasan sering mengadakan rapat, dan setiap kali rapat pasti membicarakan masalah dana sehingga sebagian pengurus yayasan tidak berani hadir. Sebagian terkesan tidak mau peduli lagi dengan kebutuhan Panti KARENA KASIH.
Karena pengurus yang aktif semakin sedikit, kelihatannya kemampuan Yayasan PEKA bahkan sulit untuk mencukupi kebutuhan hidup anak-anak KARENA KASIH, apalagi membangun secara fisik. Akhirnya tanpa melupakan jasa pengurus Yayasan PEKA, sebagian pengurus memutuskan untuk mendirikan Yayasan GRAPHE untuk menanggulangi pembangunan fisik. Yayasan GRAPHE perlu didirikan untuk mengakomodasi orang-orang baru agar ada pembangunan fisik yang sangat dibutuhkan. Dengan tenaga baru, yaitu Yayasan GRAPHE, akhirnya sebuah gedung dengan harga Rp.400 juta, tambah pajak dan surat-surat, dan renovasi, yang keseluruhannya sekitar Rp.500 juta bisa dibeli. Kebutuhan akan rumah yang baru itu mendesak karena setelah kerusuhan rasial yang membenci orang Tionghoa, anak-anak KARENA KASIH yang kebetulan secara mayoritas adalah Tionghoa, mengalami teror setiap keluar-masuk lokasi panti yang dikelilingi orang-orang rasialis. Karena mengasihi mereka, maka pengurus Yayasan GRAPHE dengan segenap kekuatannya berusaha mengumpulkan Rp.500 juta, yang sebagian besarnya berasal dari pengurus itu sendiri. Sejak didirikan sampai hari ini, yang paling banyak menyumbang Panti KARENA KASIH ialah pengurus Yayasan, baik Yayasan PEKA maupun yayasan GRAPHE. Selain telah bekerja dengan sukarela (tanpa bayaran), masih menjadi donatur utama.
Kini setelah diurus dengan baik, jumlah anak-anak yang tertampung adalah 24 anak yang beruntung. Se­sung­guhnya ada banyak anak yang kondisinya sangat memilukan hati datang memohon. Tetapi karena keter­ba­tas­an tempat, maka dengan hati yang hancur kami terpaksa menolak, sambil berdoa agar ada orang yang terge­rak untuk membantu menyediakan tempat yang lebih luas. Demikianlah sejarah singkat Panti KARENA KASIH.



Jakarta, 2 Maret 2015


Dr. Steven E. Liauw

Ketua Yayasan Graphe